Dan saat sore pun tiba aku berusaha menahan suaraku, dan mengatakan
“saya baik-baik saja mam” kataku.
Mendengarkan lembut suaranya membuatku menahan kerinduanku. Bicaralah terus
mam, aku mendengar setiap kalimat yang kau katakan. Terdiam karena lantunan
suaranya selalu menjadi obat karinduanku.
“Loh kok mama terus yang ngomong, gantian dong ceritanya” protes mama.
Mama selalu memaksaku bicara ketika terlena menikmati suaranya. Aku ingin
mendengar mama cerita lebih lama lagi. Mendengar cerita dari suaranya. Menceritakan
banyak hal. Bahkan setiap yang dia lalui tanpaku, mama selalu menceritakannya. Aku
tau mama pun merindukanku. Oh mam, ceritakanlah semuanya. Aku suka mendengar
suaramu disana……….
Membuat setiap soreku terasa seperti senja terindah karena kerinduan yang
selalu terobati. Sore pun makin
mendekati jingganya. Masih teringat seseorang berkata saat hari kelahiranku “moga
panjang umur, tercapai targetnya tahun ini, makin cantik, dan tidak membangkan
ma ortu, berbakti ma ortu”. Bukkkkkkk kalimat terakhirnya membuat aliran darahku
membeku. Apakah memang aku bukanlah anak yang berbakti? Mam, tahukah engkau
kalimat itu tiap hari menghantuiku. Ingin berlari dan memelukmu erat. Aku takut
ketika engkau juga mengiyakan kata2 orang itu. Teringat sesuatu yang membuatku
ada ditempat ini, tempat yang sesungguhnya sangat jauh dari sisimu mam. Ketika engkau
menginginkan sesuatu dari anak gadismu ini, dengan segala argumen dan logika
aku pura-pura tak peduli. Ditempat ini ku mencoba meyakinkanmu jika putri
kecilmu akan bahagia dengan seorang pangeran
yang telah dijanjikan olehNya. Menjadi pangeran untuk akhiratku, bukan hanya
sekedar pangeran di duniaku. Hanya itu……..
Akan kukenalkan engkau tentang kado terindah itu. Bukan sekarang. Aku perlu
1 keyakinan lagi dari-Nya